Jumat, 30 Maret 2012

Naskah Teater: Relitaslah yang berdusta


Dari seorang anak kecil kurus, yang tak mampu membeli sepatu , seorang tenaga Kependidikan yang tak mampu membeli vetsin untuk 1 bulan gaji dan tenaga pendidik yang gajinya tak cukup buat ongkos mendidik.
Reza    :   Dari sudut nanarmu terdapat kemahligaan untuk berada pada bangku yang indah dengan notebook disaku atau ditasmu. Dari tetes krsital itu memancarkan bahwa patahnya ujung pulpenku karena sepatu yang tiga tahun kupakai bagian depannya telah menganga.
Aris     :   Ia pak. Realitas yang telah kubuktikan, agar pemilik Kampung halaman ini merasakan sakitnya dan teriakan sepatu itu untuk beristrirahat, apalagi dengan baju yang sudah usang tak terganti ini membuatku gerah agar waktu itu tidak mengecap nikmatnya hitungan matematika, indahnya lukisanku jika kutatap, rasa manisnya negeriku dalam sajak-sajakku.
Reza    :   3 Tahun, engkau dirajam cambuk kebatilan, raut wajahmu tak asing bagi pemilik kampungmu dan pembuat wewenang agar engkau lepas pada kemelaratan, tapi semakin ia memberikan konsep sabar, tetap juga ia mesti membuktikan realitas yang urgensial ini.
Sapril :    Goresan itu tak mesti dijadikan argumen untuk tidak berbuat apa-apa, tetapi ia mesti menjadi asa yang tak putus, sepatuku dulu telah menganga buat sebuah pendidikan agar aku membuktikan kepada dunia bahwa kesengsaraan karena kemeleratan, konglemeraratan bukanlah batu yang mesti diangkat dari proses hidup ini.
Aris     :   Bapak benar, itu bukan penghalang, tapi Pak, bagi Aris batu itu bukan saja sebagai penghambat tetapi, batu itu adalah gunung dan disebelahnya adalah jurang dan jauh ke bawah adalah tepinya.
Sapril :    Gemerlapnya dunia bukan sebuah jaminan bahwa pendidikan itu krusial, tetapi dilihat pada mata batin, bahwa betapa Tuhan mengangkat derajatnya bagi orang-orang yang berilmu. Aris, Lihat Bapak, sebagai tenaga kependidikan yang nyaris tiap hari mengurus administrasi, menurut orang-orang itu baik, karena kerja kantoran, tetapi ketika kita ingin melihat nilai nominalnya maka pembeli Vetsin saja tak cukup dalam satu bulan itu, tetapi bukan itu yang Bapak lihat tetapi kita melihat dari sisi betapa nikmatnya dan damainya hati ini walau gaji seperti itu tetapi keiklasan dan ridho yang mesti ditanamkan pada jiwa seseorang.
Aris     :   Pak, Bukankan dalam UUDNKRI dalam beberapa pasal menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan kehidupan yang layak, setiap warga negara berhak menerima pendidikan, ABPBN/APBD telah menjadi sebuah jaminan bahwa pemerintah telah memberikan kesejahteraan pada dunia pendidikan, tetap kita tak pernah merasakannya secara langsung Pak, dan Bukankah dalam UU Guru dan Dosen termaktub bahwa Tenaga Kependidikan dan tenaga pendidik mendapat kesejahteraan.
Sapril :   Memang benar Aris, itu sudah dimaksimalkan dengan beberapa pembuktian dari pemerintah, seperti program sertifikasi, tunjangan profesi, dana BOS, Pendidikan gratis, dan beasiswa. Itu adalah sebuah wujud kepedulian dari pemerintah Aris.
Aris     :   Ya, aku tahu itu pak, Tapi, penyalurannya kurang tepat, Program sertifikasi pendidik, mengorbankan guru tidak tetap dengan mengambil jam GTT tersebut, apalagi dengan adanya program profesi pendidikan yang masih mesti dikaji karena baik PNS maupun GTT mesti ikut, apalagi baik itu PNS&GTT yang memiliki ijazah akta IV dan tidak mendapatkan akta IV mesti mengambil PPG, inikah wujud dari kepedulian pemerintah, dengan argumen bahwa agar tenaga pendidik kita profesional dalam memberikan pembelajaran tanpa melihat kondisi bagaimana keadaan sekolah tersebut, apakah fasilitasnya lengkap atau tidak, Tunjangan profesi juga menjadi bukti kepedulian dari pemerintah katanya agar kesejahtraan guru-guru itu meningkat tetapi mesti mengajar 24 jam tatap muka/minggu pada satu sekolah yang sama, kalau di sekolah yang Cuma 6 kelas yang tidak dapat mengajar 24 jam tatap muka karena tidak mencukupi jam tatap muka, tanpa mempertimbangkan bahwa dalam buku pedoman beban mengajar tenaga struktural itu memiliki jam, kalau di sekolah kitakan dulu ditolak, yah Alhamdullilah. Dana bos, ini juga bagian dari kepedulian dari pemerintah, yang mengharuskan kita agar utang 2 bulan nanti baru dibayar kalau keluar dana BOS, sementara kita akan makan tiap hari, belum lagi dana yang diterima tidak mencukupi dari utang karena biaya setiap jam itu menurun dari sebelumnya. Pendidikan gratis, pun demikian menciptakan ruang-ruang untuk utang ke warung-warung yang pembayaran utang itu tiap 3 bulan sekali dengan tumpukan dibelakangnya. Belum lagi ada wacana agar SMA pun juga seperti itu diberikan dana pendidikan gratis apakah tenaga pendidik tidak bahagia, belum lagi jika laporan dana pendidikan gratis diaudit sana-sini (Dipotong Dinas Pendidikan dengan dalih yang macam-maca) itukan sebuah jaminan bahwa pendidikan kita ini diapresiasi baik oleh pemerintah setempat. Proram beasiswa bagi mahasiswa yang mesti diberikan kepada semua orang tanpa kecuali jika ia mengikuti segala persyaratan tetapi jua dijustifikasi oleh oknum-oknum yang tak bertanggung jawab.
Sapril : Tuhan akan memberikan keadilan, Tuhan Maha Tahu, kesabaran dan keiklasan yang kita butuhkan,
Reza    :   jiwaku dan ragaku telah bersabar sejak 3 tahun lalu sampai saat ini, demi nusa dan bangsaku, demi tanah airku, dan demi cita-cita ku, telah kudarma-kan baktiku, tapi tetap jua pulpenku tak berdawai
Aris     :   Pak, Tengoklah di sudut sana, sebuah bukit yang sangat indah bukan? Ia, berasal dari daerah itu, kampung yang sangat asri tanpa kendaraan bermotor dan belum ada penerangan, yang ada hanya lentera yang menghiasi mejanya. Itupun ada kalau kabel-kabeltersambung dari rumah-ke rumah, itu sudah puluhan tahun Pak.
Sapril :   Aris, Reza setiap tetes keringat kalian adalah doa dari wujud pengorbanan.
Aris     :   Ya, harapku pun seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar