Selasa, 18 Desember 2012

"Iye..."


“Jamaah....oh Jamaah...Alhamdudillah...” siapa yang tak kenal dengan kalimat ini, kalimat yang kerap dilontarkan oleh Ustas Kondang yang sekarang namanya telah melejit. Yaitu Ustas Maulana. Kalimat ini mungkin tak asing bagi kita karena kalimat ini telah menjadi trend pada masyarakat umum. Namun, bukan kalimat ini saja yang dilontarkan oleh beliau. Akan tetapi, kata “Iye..” ternyata juga melekat pada semua benak ummat yang ada di Indonesia, melihat secara sepintas kata “Iye” ini bukanlah kata Bahasa Indonesia yang baku karena kata “Iye” ini berasal dari bahasa Bugis-Makassar yang berart “Iya” atau “Ya”. Pada Kamus Bahasa Indonesia yang pimpinan redaksinya adalah Dendy Sugono mengartikan kata “Iya” atau “Ya” yaitu kata untuk (1) menyatakan setuju (membenarkan dsb); ia; (2) untuk memastikan,menegaskan dl bertanya . . . ,bukan?; (3) tah, gerangan; (4) untuk memberi tekanan pada kata yang di depannya; .

Kata ‘Iye’ dilontarkan oleh Ustas Maulana ini ketika menyapa jamaah dengan gaya atau stile-nya sendiri..dengan ucapan jamaah....para jamaah akan mengatakan iye... ini berarti bahwa kata "iye" ini sudah menjadi milik semua masyarakat Indonesia bukan hanya milik orang Bugis-Makassar.
Kata “Iye” ini sudah layak menjadi bahasa Indonesia yang baku karena dalam pembakuan bahasa salah satunya adalah menyerap kata yang berasal dari bahasa Asing atau Bahasa Daerah. Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa lain (bahasa daerah/bahasa luar negeri) yang kemudian ejaan, ucapan, dan tulisannya disesuaikan dengan penuturan masyarakat Indonesia untuk memperkaya kosa kata. (http://id.wikipedia.org).
Salah satu bahasa daerah yang diserap pada Bahasa Indonesia yang baku adalah Bahasa Daerah yang berasal dari bahasa Sansakerta. Salah satu alasan dipungut bahasa sansakerta dijadikan kosa kata bahasa Indonesia yaitu alasan linguistik: Fonologi bahasa Sanskerta, pelafalan fonem sangat bersesuaian dengan lafal bahasa kita. Pada umumnya kata dasarnya berakhir dengan suku kata hidup vokal “a”. (Enuh Zaenuddin)
Huruf vokal yang dikenal yaitu a, i, u, e, dan o. Sementara kata “Iye” memiliki huruf vokal yang akhirnya e. Jadi, kata “Iye” ini dapat dijadikan kata bahasa Indonesia yang baku.

Daftar Puskata:
Sugono, Dendy. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Zainuddin, Enuh. Tanpa Tahun. Sambutriksa kosakata Dari bahasa asing. file.upi.edu/Direktori/...BAHASA...BAHASA.../6_BBM_4.pdf diakses pada tanggal 19 Desember 2012

Sumber gambar:  ramadan.detik.com

Minggu, 16 Desember 2012

Melintasi Samudera Hidup

Dalam telapak kaki yang tergores
Tergores dengan bebatuan
Menapaki jeram...
Melintasi samudera biru.... 


Bersua dengan gadis kecil
Dengan lelaki yang bertopi merah
dengan lelaki yang bertopi biru
mereka berjalan menyusuri samudera hidup
mereka berjalan....
berseragam putih biru
Dibahunya terdapat masa depan 

Dalam kasihmu penuh belaian
Dalam sayangmu kau berikan belaian
mereka mengelus hikma
mereka menikmati elusan itu 
Wahai lelaki bertopi biru
wahai gadis kecil bertopi merah
Majulah ke depan 
Angkat senjatamu ke depan
Mencatat sejarahmu demi masa depan 

Permanian masyarakat bugis: Matoyang

Sabtu tepat tanggal 15 Desember 2012, suara ramai dalam permandian Citta Soppeng, keramaian yang membuat masyarakat Citta Kab. Soppeng tersebut dikarenakan adanya Pesta Adat. Pesta tersebut memperingati hari jadi kec. Citta Kab. Soppeng, berbagai permainan rakyat juga digelar di tempat tersebut. Seperti aggasing, Matoyang, arraga, dan juga pertunjukkan Mappadendang. Mappadendang dilakukan oleh tiga orang pria dan enam orang wanita yang memukul lesung, konon katanya ini dilakukan pada saat masyarakat bugis ingin turun menanam padi. Namun, bukan hanya itu yang memukau penonton akan tetapi permainan Matoyang lebih menarik perhatian warga masyarakat Citta. Permainan ayunan yang berada pada kec. lilirilau ini sudah lama ada. Dengan jumlah personil 20 orang biasanya mereka main diberbagai acara-acara adat. Matoyang yang biasa disebut ayunan salah satu permainan adat masyarakat bugis seperti kata salah satu personel dari permainan ini. Konon katanya permainan ini menjadi salah satu wujud eksistensi ketika Raja Bone menemukan air citta dengan rasa bahagia yang menyelimuti raja tersebut maka ie mengadakan pesta dengan permainan-permainan tersebut. itulah yang menjadi dasar bahwa mattoyang, a'gasing, a'raga, dan mappadendang dilakukan dalam kegiatan tersebut.