Sabtu, 10 Desember 2011

Surat buat kekasih

Suratku waktu itu
Kau telusuri kata per kata
kau maknai dan hiasi kerinduan
dari musim hujan yang tak henti
dari rintik .....
rintik....
surat jingga itu
di atas aksara
dan di bulan desember

Fiqriah Ramadana Kekasihku

Terik matahari tadi siang membuat keringat menetes, lewat senyummu kamu menawarkan untuk menyatakan kalimat biarkan aku menyapunya dengan sebuah sapu tangan berwarna putih dengan ditengahnya ada gambar kartun, cukup kau tersenyum manis. Siang itu kau cantik, manis dan aroma surgawi seakan kuhirup bersamaan dengan kau mengucapkan kalimat bahwa aku menyimpan kalimar untukmu yaitu kalbuku ingin kau sebagai penndampingku sampai ke surga.
Fiqriah seperti itulah aku memanggilmu dengan rasa sayangku kepadamu, sejak perkenalan kita waktu itu pada jejaring sosial, seakan kau menjawab segala keresahanku tentang perempuan selama ini, beberapa perempuan yang telah berlabuh jauh, adapula yang men-cut-nya, ada pula yang menyuruhku untuk berbagi bukan dengannya. sekulumit kisah yang endingnya tak asyik dibahas, sebab derai air mata akan membasahi pipi. tetapi itulah masa lalu dunia remajaku yg kadang aku pun membiarkannya tertutup oleh lembar lain dalam buku diariku.
Fiqriah..kekasihku....sejak itu pula kau mengisi kalbuku, bahagia rasanya fiq...sungguh.... kau menjadi rusuk yang telah hilang dan kau menjadi pelengkap...namun entah ada apa denganku seakan aku tak bisa mengungkapkan kalimat bahwa aku terlalu sayang padamu kala itu, jika aku mengenang kembali awal kau menyatakan rasa sayangmu juga dan kita sepakat menjadi sepasang sejoli yg kisahnya sama dengan Ali anak dari nabi Muhammad dan Aisyah. 
"Ndi....telah kusematkan rinduku padamu"
"Daeng, telah kututup rapat-rapat rindumu untukku dan rinduku untukmu"
"bersambung...........