Senin, 09 April 2012

Cinta Sang Pengembara Untuk Dokter

Dear
Putri …
Di
Dinding Kalbu

Salam Hangat…..!!!


Ketika rembulan telah nampak, Aku menyusuri sebuah lorong yang tak bertuan, di mana ada bayangmu….Kemarin…pada kantin sekolah, nanarmu berujar bahwa sesungguhnya kau mencintaiku tapi belum waktunya. Mungkin kau masih berpikir karena kita masih sama-sama kelas X.
Putri…..Sesungguhnya, Aku menaruh simpati kepadamu, getaran-getaran sukmamu selalu meraung-raung dalam benakku, memanggilku pada taman pelangi..
Putri….Aku berikrar dengan sungguh telah kudapati diriku merinduimu, itu sejak kau memberiku senyum pada orientasi sebulan yang lalu. Namun, Aku takut, takut kalau niat suciku kau hempaskan pada telaga yang tak bertuan.
Pada penanggalan ini, pada detik ini, ku ingin berkata sesuatu yang sakral padamu, bahwa cinta menuju sukmaku, Cinta bersemayang untukmu….Berikan aku jawabmu…agar taman bunga yang telah kupahat dapat berpenghuni.
Salam sayang buatmu
Dariku Malik

Surat berwarna biru dibaca putri, hatinya berbunga-bunga rasanya terbang ke angkasa mengajak Malik. Ia berlari ke meja belajar dengan asa, membalas surat dari Malik.

Kapada lelaki yang memberiku cinta Malik
Di
Sebuah alam maya
Suratmu telah aku terima, aku membacanya perlahan-lahan, kumaknai kalimat per kalimat. Malik…sesungguhnya aku pun merasakan hal yang sama denganmu. Jatuh cinta…sejak di kantin pada saat orientasi, kamu lugu dengan pita dan daun lontar dikepalamu.
Malik….sering aku mengajak bayangmu di sebuah taman bunga, lalu kita bercengkrama dengan disaksian bunga yang mekar. Mawar, melati, dan lainnya. Malik, Aku memujimu, Hatiku ku berikan detik ini, jangan kau sia-siakan
Dari
Putri Maya


Kertas berwarna jingga dalam binder putri robek dan memasukkannya dalam amplop dengan pengharapan.
Kamis….senyum dari Malik tertuju kepada Putri, pertemuan cinta yang telah lama dipendam tertumpah di taman depan kelas X, mereka saling memandang walau sedikit malu karena cinta pertama mereka catat dalam hati.
Nyaris tiap hari mereka pulang dengan bergandengan tangan hingga mata beberapa rekannya cemburu, bahkan camar pun bersiul mengatakan sepakat akan jalinan asmara mereka. 3 bulan waktu berlalu Malik mesti pindah dari kota Majene ke Maros.
“Putri….Ini ada surat dari Malik, ia terpaksa pindah karena mengikuti orang tuannya”
“Terima kasih..”
Matanya berkaca-kaca, seakan tumpah ke pipi tapi ia tahan agar tak ketahuan dari kawan-kawannya, berlari masuk ke kelas dan membaca surat itu.
“Putri….maafkan aku. Aku harus berangkat ke kota kelahiranku, mungkin menetap di sana, kalau kita berjodoh maka suatu saat nanti kita akan bersua…..
Sepenggal saja putri lalu memasukkan surat itu ke dalam tasnya tak kuasa ia tahan air matanya dan berlari ke Toilet menumpahkan rasa kecewa, sedih dan ah…segalanya tentang Malik.
Hari berganti hari..bahkan tahun tak jua ada kabar dari Malik. Kini Putri telah kuliah dan mengambil jurusan kedokteran di salah satu Universitas Makassar dengan harapan agar dapat bertemu dengan Malik cinta pertamanya.
“Malik…..Aku tak pernah berani jatuh cinta kepada lelaki lain selain dirimu, dinding kalbuku telah terpahat satu nama yaitu namamu, kututup rapat pintu dan jendela hatiku agar tak ada yang masuk, namun tak jua ada kabar darimu” Desah Putri.

XXXXX

“Putri…di mana sekarang engkau berada….kerinduangku ku tukar dengan sebuah sajak..”
Kamis, 3 Maret 2012 disebuah jejaring sosial bernama facebook kulihat gambarmu, Aku meminta pertemanan denganmu walau mungkin kau telah melupakanku tapi aku tidak…cinta yang pernah tertanam dalam kalbuku tetap ada. Kutelusuri status yang ada di Facebookmu ternyata kau telah berpacaran, sungguh aku terpukul…namun aku tak bisa memaksamu untuk mencintaiku karena kau pasti mengatakan dalam hati bahwa Aku telah melukaimu..maafkan aku Putri…”
“Sejak itu kita sepakat tetap berteman tanpa pernah mengorek sejarah, dan kuputuskan untuk mencintai orang lain, membuka lembaran baru”. Pikirku di salah satu kedai kopi
“Ada apa kawan…” ucap Randi
“Tak apa… aku hanya membuka memory”
1 message masuk ke dalam inboxku “Saya praktek di Rumah Sakit Salewangang…”
Kubalas message itu “Sebentar saya ke sana”
“Randi, Aku minta tolong sebentar kamu temani aku, ke Rumah Sakit Salewangang”
“Boleh”
“Putri sekian lama kita tak bersua ternyata Tuhan menggariskan tangan kita. Sudah lama aku merindukan pertemuan ini kembali setelah 7 tahun berlalu, sejak kepergianku dari Majene, sejak itu aku menunggu saat-saat ini, aku merinduimu Putri” sahut dalam hati.
Tak sabar rasanya menunggu, ku ajak Randi ke Rumah sakit Salewangang dengan hasrat untuk berjumpa saling melepaskan kangen, saling bercengkrama tentang masa lampau, masa yang kita lalui bersama.
Ku layangkan sms untuk menandai bahwa diriku telah ada di area Rumah Sakit. Di kantin area dekat ruang ICU, sambil menikmati kretek dan kopi, tempo getaran di balik dada pun tak teratur.
“Maaf….aku tangani pasien dahulu”
“Ya…aku menunggumu”
2 jam dikantin itu, namun tak jua kau datang, kutelusuri lorong-lorong…ku amati beberapa ruangan di rumah sakit itu, namun kau jua tak ada. Di depan kamar K1-K10, penandaan kamar perawatan message baru darimu kembali masuk.
“Maaf…sekali lagi …aku masih menangani pasien…”

“Ya…selesaikanlah terlebih dahulu”
Kembali aku menelusuri lorong-lorong itu di depan Apotek, menuju parkiran berharap kau datang dengan busana putih dengan taleskop yang tergantung di leher, sarung tangan kau masukkan di sakumu dan berkata..dari tadi…
Sejam menunggu diparkiran namun tak jua muncul….aku berjalan di pondok bambu depan Rumah Sakit ku harap kau ada di sana lagi makan malam, namun jua kau tak ada, di pondok ini ku tuang rinduku untukmu berharap sang pengembara ini menemukanmu suatu saat kelak dan kita bercerita tentang rindu dan resah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar