Selasa, 07 Februari 2012

Saat jiwa menerawang

Sejak Itu...
Jiwamu menerawang
Merajut benang kusut
Melanjutkan pada rotasi konflik

Doa mengiring engkau
pada puncak klimaks
dalam setiap nafas-nafas

Nelangsa berbaur
Senyum berbaur...
kristal itupun menatap awan


Sumbergambar:halomendan.com

Kerinduan Lelaki Desa

Sejak Itu...
Jiwamu menerawang
Merajut benang kusut
Melanjutkan pada rotasi konflik

Doa mengiring engkau
pada puncak klimaks
dalam setiap nafas-nafas

Nelangsa berbaur
Senyum berbaur...
kristal itupun menatap awan

Mahabbah

Waktu terus bergelinding
menatap samar dirimu
rasakanlah.....
dalam dadamu
dalam nadimu
ia mengalir dalam aliran darahmu
mahabbah....
mahabbah itu mengalir
dan membentuk dirinya di dinding kalbumu

SEPINTAS RISALAH

Sebelum gemintang menawarkan senja untuk kembali pada peraduannya, sebelum bulan menjadi sabit, lebih nikmat rasanya jka segelas kopi pekat mengawali perbincangan dan senja lebih nikmat untuk diresapi secara totalitas pada kali ini
Tak ada lagi yang sepakat ketika romanc yang telah dilalui menjadi indah sebab pekatnya mendung menutupi biasnya cahaya. Telah lama pula dirimu ditempati kegelisahan untuk memadu kisah yang  bermakna sebab tembok berlapis baja sulit untuk dibekukan dan ditundukkan dengan kalimat-kalimat puitis yang konotattif
Terkadang sepi menyapa dibalik tirai, pencairan hidup, aur dan petakan sawah setengah telah hilang membuat nyenyak dimaknai dengan sejuta sesal kisah dengan beberapa episode yang elegy dengan kalimat permaafan dan tak patut untuk dilayangkan.
Sebab lara tak telah mampu meruntuhkan pondasi atau soko yang tapuh. Eksistensi jiwa telah lenyap bersama putik memecah hening malam. Perempuan dan pria lajang menyatu dengan hakikat cinta yang rapuh hingga sepipun berujung dan ending tak nikmat.
Bila malam menyapa dalam galau, resahpun menapaki puncak kegelisahan tentang diriku dan dirimu. Suatu kalimat kompleks ketika kita sematkan rasa pada bingkai carik kertas buram yang telah lusuh dan basah terdampar pada lumpur kebatilan “Aja tampirai pappojinu ri alekku saba idimi papojinna atingku” kalimat yang membuat keakuanku bergetar,. 

Minggu, 05 Februari 2012

Kesejahtraan guru?

      2012 adalah tahun dinantikan banyak orang, dimana tahun ini banyak impian yang bisa diwujudkan oleh seseorang termasuk seorang guru, pahlawan tanpa tanda jasa ini memikirkan haknya, termasuk salah satunya adalah tingkat kesejahtraan, masuk database K1 dan K2, tunjangan sertifikasi, dll. Guru terkadang tidak menjadi tidak termotivasi belajar karena disebabkan rendahnya penghargaan berupa kesejahteraan khususnya guru honorer. 
    Tenaga guru honorer baik yang mengajar di instansi pemerintahan dan swasta menjadi pembicaraan hangat dikalangan steakholder pendidikan. ini terbukti banyaknya pembicaraan hangat tentang tenaga honorer khsusunya pada kesejahtraan. 
    Menurut ketua DPR Marzuki Ali dikutip pada okezone beliau berpendapat bahwa “Sungguh aneh, ada guru swasta yang masih menerima honor Rp200-300 ribu per bulan, Padahal upah buruh saja, lanjut Marzuki Ali yang juga Dewan Pembina PGSI, buruh yang tidak jelas pendidikannya, mungkin hanya SD, SMP ada Upah Minimum Regional (UMR). Kenapa guru tidak ada penghasilan minimal ? Itulah yang harus diperjuangankan oleh profesi guru,Kalau Kepala Daerah tidak memberikan santunan berupa honorarium dan sebagainya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan guru, kata Ketua DPR RI, DPRD-lah yang harus berperan.“Kita musti berjuang agar minimal honorarium guru ditentukan oleh pemerintah, dan itu harus diperjuangkan oleh guru swasta,” 
    Sejauh ini memang kesejahtraan guru honorer mesti diperhatikan karena tidak sesuai lagi dengan kondisi kekeinian, bahan-bahan pokok meningkat sementara kesejatraan guru tidak meningkat. sehingga butuh apresepsi paradigma bahwa kesejahteraan guru mestinya diatur dalam UU dan minimal sesuai dengan standar Upah minimun provinsi (UMP). 
     
      

Sabtu, 04 Februari 2012

Penaku telah patah

Aku dibalik jendela
memandang angka dan huruf
Penaku telah patah
Sebab saku telah kering

Impianku kini menjadi fatamorgana

Dibalik jendela
dengan kanfas...
kulukis hidup ini
sebab saku telah kering

impianku menjadi hampa

Berpacu dengan waktu
Berlari kecil
Berteriak
membunyikan sempritan
Penaku telah patah
sebab saku telah milik mereka

Sumbergambar1:oktasihotang.com
Sumbergambar2:sofie05.wordpress.com

Rabu, 01 Februari 2012

Tidurlah karena malam ini aku ingin memaki

Ingin rasanya membakar yang namanya rindu
Atau paling tidak ingin ku sumpahi saja rasa sayang itu
Agar lenyap
Atau paling tidak ku biarkan saja hujan menghanyutkannya
Rindu... kangen dari mana kau...
hingga semua orang memikirmu

Ingin rasanya menguburkanmu agar kau tak ada lagi
Ingin rasanya aku meletakkanmu lalu ku maki engkau di ujung kota tadi
rindu.....rindu... ingin rasanya kau ku telan saja agar kau hilang

28 Februari 2011