Dalam catatan sejarah sastra dikenal tiga bentuk karya sastra yaitu prosa, puisi, dan drama. puisi ialah kata-kata yang berasal dari nurani tentang perasaan emosional dari pengalaman, dituangkan ke dalam bahasa verba yang harus dipahami secara totalitas melalui kontemplasi. Puisi bukan hanya berasal dari kata-kata yang tersusun rapi akan tetapi bisa saja dalam bentuk simbol atau huruf-huruf yang menjadi indah dan semiotik yang agak susah diinterpretasikan oleh orang awam. Puisi juga merupakan cerminan kehidupan nyata. Kata prosa berasal dari bahasa Latin "prosa" yang artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide (wikipedia), dalam prosa unsur-unsur yang membangun, mulai dari unsur dalam maupun unsur dari luar sangat kompleks, sehingga penikmat sastra diajak berkenala dalam pekirannya tentang kehidupan seorang tokoh. Sedangkan drama merupakan tontonan, kata drama berasal dari "dromai" yang berbarti pertunjukkan. Drama adalah pertunjukkan melalui gerak dan musik yang menampilkan suatu dialog antar tokoh. certia dari drama biasanya berasal dari suatu peristiwa atau suatu kisah nyata yang terjadi pada masyarakat.
Pada sastra tak dapat dipungkiri bahwa kadang seorang penulis menggabungkan antara prosa dan puisi sehingga berbentuk prosa puitika, namun dalam catatan sejarah sastra Cuma dikenal dengan tiga jenis sastra. Seorang penulis yang kreatif tentunya mereka ingin memiliki karya yang berbeda dengan penulis lainnya, sehingga menggabungkan antara puisi dan prosa. Prosa puitika sebut saja seperti itu, atau dengan kata lain prosa puitika merupakan penggabungan antara prosa dan puisi, tulisan ini tidak berada pada puisi tidak juga berada pada prosa.
Sebagai contoh dari jenis tulisan ini yaitu:
Aku ingin mesra menyentuh hati dan mengulum lembut bibirmu.... agar kau tahu' getaran jiwa di dalam cintaku.
Tetapi...
Aku juga teramat sangat ingin menampar keras wajahmu.... agar kaupun tahu betapa sakitnya aku merinduimu! (Wulan Candra Kartika Dewi)
Aku juga teramat sangat ingin menampar keras wajahmu.... agar kaupun tahu betapa sakitnya aku merinduimu! (Wulan Candra Kartika Dewi)
Tatapan mata itu selalu menuju padamu, ya..mungkin saja bulan pernah mampir di beningnya, sebab disitu tergurat keindahan bahasa yang tak terucap, melihat wajah ibu masih tak ku mengerti...apakah sedang memetik cahaya bulan, atau matamu memang bulan, kasih sayangmu ibu, "lembut dan sangat hatihati" (Kaimuddin MBCK/Sang Baco)
Kekuatanku telah rapuh, Menapaki kesunyian pertengahan malam tadi, Jiwa telah rapuh dengan bisikan kalimat syahdu dari rembulan dengan menyatakan maaf aku ditutup oleh mendung karena hujan telah megawiniku dengan ikrar bahwa esok ketika matahari terbit kami akan bahagia, dan aku mengijinkanmu sebagai saksi. (Indra Anwar)
Kalimat puitis di atas, kalau dilihat sepintas mungkin ini adalah kalimat puitis, dapat dikategorikan dengan puisi dapat pula dikategorikan dengan prosa. Wallahualam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar