Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan mengembangkan watak bentuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Perkembangan dunia globalisasi tidak dapat dipungkiri, era keterbukaan saat ini memberikan paradigm bahwa seorang pendidik mesti menggunakan alat-alat teknologi dalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran penggunaan IT ini menjadi salah satu prasyarat karena akan lucu kedengaran kalau seorang pendidik tidak mengetahui atau menguasai alat-alat IT ini, karena ada asumsi bahwa siswa lebih mengetahui atau menguasai IT ketimbang pendidik itu sendiri.
Menurut Bambang Nurcahyo Prastowo (2004:1) menyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi untuk kegiatan pembelajaran sudah dirasa sebagai keharusan. Karena luasnya aspek implementasi teknologi informasi, perlu dibahasa bersama untuk menentukan prioritas urutan aspek-aspek yang perlu didahulukan. Persoalannya adalah bahwa implementasi teknologi informasi tidak semata-mata masalah teknologi tapi dalam prakteknya lebih banyak berurusan dengan pelakupelaku pembelajaran itu sendiri. Pengembangan TI untuk pembelajaran melibatkan 3 unsur yaiut (1). Penyediaan sarana fisik berupa peralatan TI dan jaringannya,(2). Persiapan untuk perubahan proses pembelajaran, dan (3). Pengembangan materi presentasi dalam proses pembelajaran itu sendiri. Ketiga unsur ini punya hubungan saling ketergantungan yang erat. Materi presentasi digital memerlukan sarana proyektor LCD, sedangkan pengembangan prasarana TI memerlukan perencanaan penggunaan yang matang mengingat harga yang relatif mahal serta umur ekonomi yang relatif pendek.
Seorang pendidik Madrsah seharusnya sudah menguasai alat-alat teknologi, agar mengembangkan skillnya agar tidak dianggap sebagai pendidik yang Gaptek (Gagap teknologi). Tantangan ini mesti menjadi pembelajaran bagi seorang pendidik yang mendidik di SATMINKAL Madrasah sehingga pendidik tersebut juga dapat dikatakan layak dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, metode ceramah tidak lagi menjadi satu-satunya metode dalam melaksanakan PBM. Penggunaan IT dalam pembelajaran lebih memudahkan seorang pendidik untuk menjelaskan dan mengelola kelas dengan baik.
Penggunaan IT dalam persentase dengan menggunakana perangkat power point akan lebih memudahkan seorang pendidik untuk mentrasnfer ilmu pengetahuan yang dimilikinya karena dengan media power point, peserta didik lebih memahami konsep yang ditawarkan. Input yang diinginkan pada standar kompetensi akan lebih jelas terasa bagi seorang peserta didik karena seorang pendidik membaca, mendengar dan melihat apa yang ingin disampaikan oleh seorang pendidik bukan hanya mendengarkan. Karena karatersitik seorang peserta didik berbeda-beda.
Penggunaan power point dalam proses pembelajaran mengefektifkan siswa untuk belajar karena mereka merasa tidak jenuh, dan dapat berinteraksi langsung dengan apa yang diharapkan. Karena dalam pembelajaran seorang pendidik akan memberikan atau menginput pengetahuannya dalam benak seroang siswa (materi dipahami oleh siswa).
Pendidik madrasah harus bersaing dengan pendidik di sekolah umum, bukan hanya pada saat memberikan materi tetapi juga segala aspek. Maka dari itu, membuat strategi dalam pembelajaran, inovasi dalam belajar dan tentunya metode dari konvensional menjadi metode yang lebih menarik.
Daftar Pustaka:
Prastowo, Bambang Nurcahyo. 2004. Pengalaman Pengembangan Teknologi Informasi Untuk Pembelajaran. Yogyakarta: http//prastowo.staff.ugm.ac.id
Info yang Bermanfaat
BalasHapusMakasih
http://pelajarpro.com/