Dadaku tersentak menahan perih ketika kalimat indahmu meraung pedih mengakibatkan luka pada sukma, Engkau memberikanku pilihan yang sangat dilematis hingga Aku pun mesti berlari untuk mencari jawabnya. Tapi untuk kebahagian yang kuberikan untukmu biarlah Aku memilih untuk meninggalkan bayang-bayang walau itu tak mungkin dan akan hidup selamanya.
Dinda, terlalu indah kenangan kita di Salah satu taman alam wisata yang ada di Kota Maros, Disitu pertama kali kita kenal, dan pertama kali kau membisikkan kalimat bahwa sesungguhnya rasa adalah jiwa yang terbelenggu.Di bawah sarappo engkau melontarkan kalimat-kalimat indah dan kita jajaki bersama dengan arus air yang mengalir.
Semenjak itu, bayang-bayangmu tak ingin sirna dari kelopak mataku, hampir tiap hari engkau mengajakku bercanda ria dalam ilusi dan anganuku. Bebatuan, air terjun sound sistem, ribuan pasang mata, nasi kuning, dan my zone sebagai pelengkap saksi ketika bibirmu mengucap kalimat sakti dari palung sukmamu.
Terlalu indah dinda, saat-saat itu dimana kebahagian kita mampu membuat lelaki lain cemburu menatap kemesraan kita, lebih indah lagi ketika kenekatanku memuncak untuk memadu mesra bersamamu di Bengo dengan pinus yang memanjatkan doa untuk hubungan dan memperkuat eksistensi jalinan asmara kita dan semenjak itu masih membekas pada brokaku.
"Dinda"
Mesra kita di Bengo, jalan ke hutan mencari jejak memori romantisme kita dalam bentuk ruhku, ku kecup kningmu untuk menguatlan eksistensi dari cinta kita, gemetar tubuhku dan keringat mengucur di tanganku, sejak engkau membiskkan kata "Rian, Apa yang sedang kamu pikirkan?' Aku tak menjawab sebab di dalam palung hatiku mengatakan cintaku adalah tulus buatmu, kasih sayangku tak akan lepas buatmu.
Rindu yang terlantung jika senyummu tak kudapati, dinda terlalu banyak kangenku untukmu hingga aku tak mampu menghitungnya. Duduk bersila dikelilingi rumput hijau yang asri dan di sampingku kretek calss mild dan tora bika menjadi teman menikmati fajar yang bangkit dari pembaringannya kemudian menatap insan yang saling mencinta dan menyayangi sambil berdoa kepada Sang Khalik bahwasanya "kekalkanlah hubungan mereka hingga kelak mereka menjadi kakek dan nenek.
Kita jejaki tanah yang tersenyum menatap mesra sambil engkau memberikan rambutmu untuk dibelai, rasa sayangku tak akan pudar walau rambutku memutih. Roda empat, perjalanan ke arah kota engkau sandarkan kepalamu dibahuku dan kenikmatan yang kau rasakan membuatmu melayang menembus alam malakut, dingin di Bengo tak aku rasa sebab indah bola matamu, senyummu, tak lepas dalam ingatanku.
Kasih, terlalu indah untuk kujadikan album dalam bingkai ponselku. "Dinda, asmara ini membuatku hanyut hingga Aku tak bisa jauh darimu, kita pernah sepakat untuk saling mencintai dan tak terpisahkan walau badai Tsunami menghadang engkau tetap menjadi milikku. Malam 13 September, pertama kali Aku dibangunkan Sahur oleh sesorang perempuan yang bberbudi luhur hingga beberapa windu bahagia rasanya Aku memiliki kekasih yang baik dan mampu mengajariku untuk hidup di dunia ini, telah lama aku hidup dalam keterpurukan, menerawang pada botolan, eksistensi dan ganja menambah kepedihaku. Tapi, aku bersyukur mendapatkan dirimu dinda.
Dinda, Kamu pulalah yang mengajariku untuk mempertahankan apa yang kita miliki. Kamu pula yang mengubah musim kemarau menjadi musim, hujan. Kerinduanku sering Aku berada pada beranda sukmamu yang memanggil sukmaku untuk memadu kasih mesra denganmu. Memang Aku pernah berpikir Apakah Aku mampu menjalani hidup ini denganmu sementara engkau hampir sempurna dimataku, sedangkan Aku bukanlah siapa-siapa yang menjadi penghuni kalbumu.
Engkau adalah bidadari yang diutus untukku, engkau adalah perempuan yang membuat aku berarti, laksana bulan menyinarin bumi pada malam. Wajahmu yang membuatku hanyut dalam pembaringan untuk mengajak naluriku bersua. Jika aku tak menghubungimu dan jika kita tak bertemu, malam-malam begitu indah rasanya bersamamu.
Dinda, Acapkali aku ingin merebahkan tubuhku di kasur empuk tiap itupula kau mengundangku berilusi dan bermadu kasih seperti aroma surgawi.
Rintik hujan mengguyur bumi pertiwi, Aku hanyut bersamamu dalam kerinduan, kasih kau tampakkan kegalauan dalam dalam resah lalu kita kirimkan melalui angin. Hujan yang mengguyur mengantarkan rinduku disitu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar